Cari Blog Ini

Senin, 19 Juli 2010

Askep GE untuk anak


DASAR TEORITIS

A. Konsep Dasar Gastroenteritis.

1. Pengertian

Gastroenteritis merupakan suatu keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).

Gastroenteritis adalah buang air besar (defikasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), dengan demekian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya (normalnya 100-200 ml per jam tinja). (Hendarwanto, 1996).

Gastroenteritis didefenisikan sebagai suatu peningkatan frekuensi, keenceran dan volume tinja serta diduga selama tiga tahun pertama kehidupan (Nelson, 1995).

2. Anatomi dan fisiologi

Susunan saluran pencernaan terdiri dari:

a. Mulut (oris)

b. Faring (tekak)

c. Osofagus (kerongkongan)

d. Ventrikulus (lambung)

e. Intestinum minor (usus halus)

1). Duodenum (usus 12 jari)

2). Yeyenum

3). Ileum

f. Intestinum mayor (usus besar)

1). Seikum

2). Kolon asenden

3). Kolon transversum

4). Kolon desenden

5). Kolon sigmoid

g. Rektum

h. Anus

Mulut/oris

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri dari:

1). Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi, gigi, bibir dan pipi.

2). Bagian rongga mulut/bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaris, palatum (palatum durum dan palatum mole) dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring.

Faring

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan, di dalam lengkung faring terdapat tonsil. Disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan. Faring terdiri dari bagian superior (nasofaring), bagian media (orofaring) dan bagian inferior (laringofaring). Gerakan menelan mencegah masuknya makanan ke jalan udara, pada waktu yang sama jalan udara ditutup sementara, permulaan menelan otot mulut dan lidah kontraksi secara bersamaan.

Osofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan faring dengan lambung, panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di bawah lambung.

Gaster (lambung)

Bagian lambung terdiri dari:

1). Fundus ventrikuli bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.

2). Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah kurvatura minor.

3). Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang tebal membentuk spinter pilorus.

4). Kurvatura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari osteum kardiak sampai ke pilorus.

5). Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari sisi kiri kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus.

6). Osteum kardiakum, merupakan tempat dimana osofagus bagian abdomen masuk ke lambung.

Susunan lapisan dari dalam keluar, terdiri dari:

1). Lapisan selaput lendir, apabila lambung ini dikosongkan, lapisan ini akan berlipat-lipat yang disebut rugae.

2). Lapisan otot melingkar (muskulus sirkulasi).

3). Lapisan otot miring (muskulus oblinqus).

4). Lapisan otot panjang (muskulus longitudinal).

5). Lapisan jaringan ikat/serosa (peritoneum).

Fungsi lambung, terdiri dari:

1). Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung.

2). Getah cerna lambung yang dihasilkan:

  1. Pepsin fungsinya, memecah putih telur menjadi asam amino (albumin dan pepton).
  2. Asam garam (HCL) fungsinya: mengasamkan makanan, sebagai antiseptik dan desinfektan dan membuat suasana asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
  3. Renin fungsinya, sebagai ragi yang membekukan susu dan membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).
  4. Lapisan lambung, jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi asam lemak yang merangsang sekresi getah lambung.

Usus halus/intestinum minor

Intestinum minor adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada seikum panjangnya ± 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil pencernaan yang terdiri dari.

Duodenum. Disebut juga usus 12 jari panjangnya ± 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pankreas juga menghasilkan amilase yang berfungsi mencerna hidarat arang menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptika.

Yeyenum & ileum, mempunyai panjang sekitar ± 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4-5 meter.

Fungsi usus halus, terdiri dari:

1). Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfe.

2). Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

3). Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

Didalam usus halus terdapat kelenjar yang menghasilkan getah usus yang menyempurnakan makanan:

1). Enterokinase, mengaktifkan enzim proteolitik.

2). Eripsin menyempurnakan pencernaan protein menjadi asam amino.

  1. Laktase mengubah laktase menjadi monosakarida.
  2. Maltosa mengubah maltosa menjadi monosakarida.
  3. Sukrosa mengubah sukrosa menjadi monosakarida.

Usus besar/intestinum mayor

Panjangnya ± 1 ½ m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan-lapisannya terdiri dari: selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, jaringan ikat.

Fungsi usus besar, terdiri dari:

1). Menyerap air dari makanan.

2). Tempat tinggal bakteri koli.

3). Tempat feces.

Seikum. Di bawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm.

Kolon asendens, panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati.

Appendiks (usus buntu). Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus.

Kolon tranversum. Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.

Kolon desendens. Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon sigmoid.

Kolon sigmoid. Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.

Rektum

Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.

Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 spinter:

- Spinter ani internus, bekerja tidak menurut kehendak.

- Spinter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

- Spinter ani eksternus, bekerja menurut kehendak.

Gambar anatomi saluran pencernaan

3. Etiologi

Etiologi/penyebab dapat dibagi dalam beberapa faktor:

a. Faktor infeksi.

1). Infeksi enternal, infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare anak. Yang merupakan infeksi enternal yaitu:

a). Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter.

b). Infeksi virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus.

c). Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyloides).

2). Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan. Seperti: Otitis Media Akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua tahun.

b. Faktor malabsorbsi.

1). Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering intoleransi laktosa.

2). Malabsorbsi lemak.

3). Malabsorbsi protein.

c. Faktor makanan.

Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

d. Faktor psikologis.

Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar).

4. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:

a. Gangguan osmotik.

Akibat terdapat makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi.

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

c. Gangguan motilitas usus.

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

Proses terjadinya diare dipengaruhi oleh dua hal pokok yaitu konsistensi feses dan mobilitas usus, umumnya terjadi akibat pengaruh keduanya. Gangguan proses mekanik dan enzimatik disertai gangguan mukosa usus akan mempengaruhi pertukaran air dan elektrolit sehingga mempengaruhi konsistensi feses yang berbentuk. Peristaltik saluran cerna yang teratur akan mengakibatkan proses cerna berakibat terganggunya proses cerna secara enzimatik yang akan mempengaruhi pola defikasi.

- Muntah

- Diare

- Demam Volume cairan berkurang dan menurun

- Hiperventilasi

Tiba-tiba, dengan cepat cairan ekstraseluler hilang

Ketidakseimbangan elektrolit

Hilangnya cairan dalam intraselular

Disfungsi seluler

Syok hipovolemik

Kematian

(Sumber: Patofisiologi: Suriadi, 2001)

5. Tanda dan Gejala

  1. Sering buang air besar dengan kosistensi tinja cair atau encer.
  2. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi: turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.

  1. Keram abdominal.
  2. Demam
  3. Mual dan muntah.
  4. Pucat.
  5. Perubahan tanda-tanda vital: nadi dan pernafasan cepat.
  6. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.

Tanda-tanda dehidrasi:

1). Dehidrasi ringan (tubuh kekurangan cairan sebanyak 5 % dari BB):

- Turgor kulit sedikit menurun

- Takikardi

- Penderita merasa haus

2). Dehidrasi sedang (tubuh kekurangan cairan sebanyak 8 % dari BB):

- Sangat haus

- Takikardi, cepat dan lambat

- Turgor jelek

3). Dehidrasi berat (tubuh kekurangan cairan sebanyak 10 % atau lebih dari BB):

- Turgor sangat jelek

- Hipotensi, koma, mata cekung

- Denyut nadi sangat lambat sampai tak teraba

- Cianosis ujung ekstremitas

6. Penatalaksanaan

Prinsip:

a. Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya.Tujuan terapi rehidrasi untuk mengkoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan).

Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/atau muntah (previous water losses = PWL), ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urine dan pernafasan (normal water losses = NWL), dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung (concomitant water losses = CWL).

Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi serta BB masing-masing anak atau golongan umur.

1). Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur <2>

Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

-Ringan 50 100 25 175

-Sedang 75 100 25 200

-Berat 125 100 25 250

2). Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur 2-5 tahun (BB 10-15 Kg) sesuai dengan derajat dehidrasi

Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

-Ringan 30 80 25 135

-Sedang 50 80 25 155

-Berat 80 80 25 185

3). Jumlah cairan (ml) yang hilang pada anak umur >5 tahun (BB 15-25 Kg) sesuai dengan derajat dehidrasi

Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah

-Ringan 25 65 25 115

-Sedang 50 65 25 140

-Berat 80 65 25 170

b. Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi.

c. Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada:

1). Disentri, bila tidak berespon pikirkan kemungkinan amoebiasis.

2). Suspek kolera dengan dehidrasi berat.

3). Diare persisten.

d. Obat-obat antidiare meliputi antimotlitas (misalnya loperamid, difenoksilat, kodein, opium), adsorben (mis. norit, kaolin attapulgit). Antimuntah termasuk prometazin dan klorpromazin.Tidak satupun obat-obat ini terbukti mempunyai efek yang nyata untuk diare akut dan beberapa malahan mempunyai efek yang membahayakan. Obat-obat ini tidak boleh diberikan pada anak <5>

7. Komplikasi

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:

  1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat).
  2. Renjatan hipovolemik
  3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardi, perubahan elektrokardiogram).
  4. Hipoglikemia.
  5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase.
  6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
  7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian dapat dilakukan baik secara langsung maupun tak langsung, dengan pemeriksaan fisik secara inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi, selain itu juga dengan pemeriksaan medis dan laboratorium.

a. Keluhan Utama

Riwayat diare dengan adanya peningkatan jumlah, volume dan keenceran tinja yang dikeluarkan lebih dari tiga kali dalam sehari baik itu berupa cair dengan atau tanpa lendir dan darah, warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tak ada, penurunan berat badan dan kadang disertai dengan muntah baik itu sebelum atau saat diare. Timbulnya diare yang berulang-ulang dapat mengakibatkan terjadinya dehidrasi baik itu ringan, sedang bahkan berat dengan penurunan status hidrasi seperti ubun-ubun dan mata cekung, turgor kulit menurun dan membran mukosa kering oleh karena banyaknya cairan dan elektrolit yang keluar dari tubuh sehingga dapat mengakibatkan tejadinya renjatan hipovolemik dengan gangguan sirkulasi darah dan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan kesadaran.

c. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

Riwayat penyakit yang pernah diderita atau sedang dialami seperti infeksi saluran nafas atas, tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, otitis media akut (OMA), ensefalitis, infeksi saluran kemih dan sebagainya.

d. Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Kaji mengenai orang tua beserta keluarga seperti saudara kandung tentang keadaan kesehatan masing-masing apakah ada yang pernah menderita sakit atau bahkan ada riwayat penyakit yang diduga bersifat herediter seperti hemophilia, penyakit metabolik, penyakit endokrin atau adakah alergi terhadap sesuatu.

e. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran

Riwayat kehamilan mencakup keadaan ibu selama mengandung mulai dari trimester I, II, III mengenai apakah pernah mengalami muntah berlebihan, kekurangan darah (anemia), pernah terjadi perdarahan pervaginam. Ditanyakan juga riwayat minum jamu atau obat-obatan yang dikonsumsi saat kehamilan, kebiasaan makan ibu dan status gizi ibu, riwayat merokok atau minum-minuman beralkohol, sudahkah mendapatkan suntikan TT.

Dalam riwayat kelahiran apakah klien lahir dengan cukup bulan, SMK atau KMK, secara spontan atau menggunakan alat, ditolong dimana dan oleh siapa, apakah ada gangguan pernafasan seperti asfiksia, adanya trauma kepala, hemathoma, hidrocephalus atau microcephali, bayi terlihat kuning dan BB lahir kurang atau lebih.

f. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan didasari pada usia dan kemampuan fisik dan mental yang telah dicapai klien. Indikator tumbuh kembang fisik dapat digunakan berat badan, tinggi badan atau menggunakan standar gizi yang merupakan perpaduan dari umur – berat badan, umur – tinggi badan atau berat badan – tinggi badan. Pengkajian tumbuh dan kembang dilakukan berdasarkan riwayat sejak kelahiran sampai dengan pengkajian.

Dalam pertumbuhan fisik anak sedari lahir terdapat:

1). Pertumbuhan yang cepat sekali pada tahun pertama, berkurang secara berangsur-angsur sampai 3 – 4 tahun.

2). Pertumbuhan anak berjalan lambat dan teratur sampai akil balik.

3). Pertumbuhan cepat pada masa akil balik (usia 12 – 16 tahun).

4). Pertumbuhan yang berkurang secara berangsur-angsur sehingga pada usia ±18 tahun dan kemudian pertumbuhan akan berhenti.

Mengenai tumbuh kembang motorik (gerak anak), bagaimana reflek menghisap, memegang, menggigit, kapan mulai miring, tengkurap, duduk, berdiri dengan bantuan, berdiri sendiri, berjalan dan berlari, kemampuan mengucapkan kata serta berbicara.

Perkembangan mental, adalah pengertian anak akan suatu perintah, kemampuan proses pikir dan daya ingat, memberikan pendapat, menganalisa dan mensintesa suatu masalah, hubungan sosial dengan teman- teman sekitarnya. Dapat juga didasarkan pada perkembangannya melalui pengkajian dengan DDST untuk mengetahui sejauh mana kemampuan kemandirian dan bergaul, motorik kasar, bahasa dan kognitif serta motorik halus.

g. Riwayat Makanan

Apakah sudah mendapatkan ASI, sampai umur berapakah mendapatkan ASI, kemudian bila diganti dengan susu buatan atau sudah sejak awal mendapatkan susu pengganti (PASI), merk apa yang digunakan, berapa kali sehari, berapa banyak sekali pemberian, habis atau tidak. Kapan mendapatkan makanan tambahan, seperti buah, biskuit, bubur susu, nasi tim. Makanan yang diberikan saat klien sebelum dan sesudah sakit, waktu pemberian, habis atau tidak. Apakah terjadi penurunan BB dan adakah gangguan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penurunan selera makan, mual, muntah atau adakah alergi terhadap suatu makanan tertentu.

h. Riwayat Imunisasi

Apakah sudah mendapatkan imunisasi dasar, lengkap atau tidak, apakah diberikan imunisasi ulangan dan sudah berapa kali mendapatkannya, bila tidak mendapatkan imunisasi apa alasannya.

Imunisasi = BCG 1 kali (0 – 14 bulan), DPT 3 kali ( 3, 4, 5 bulan), Polio 3 kali (3, 5, 7 bulan), Campak 1 kali (> 9 bulan).

i. Pemeriksaan Fisik

1). Keadaan Umum

Apakah anak tampak sakit ringan, sedang atau berat. Anak terlihat rewel, menangis, menyeringai atau seperti menjerit-jerit oleh karena tekanan intrakranial. Sikap berbaring aktif atau pasif, menahan nyeri (sakit perut), kelemahan aktifitas. Kesadaran apakah sadar sepenuhnya: compos mentis, apatis, samnolen, sopor atau koma.

2). Tanda- tanda vital

Tekanan darah dapat menurun, hipotensi oleh karena penurunan sirkulasi oleh karena dehidrasi. Peningkatan frekuensi nadi lebih dari 140 menit (takikardi) pada anak-anak dengan pengisian nadi cepat dan melemah bahkan tak teraba. Pernafasan cepat lebih dari 30 – 40 kali permenit.

3). Kepala dan wajah

Saat terjadinya dehidrasi ubun-ubun dapat menurun terlihat cekung, mata tampak cekung, membran mukosa kering, bibir dapat terlihat sianosis dan anak terlihat haus.

4). Leher

Perhatikan bentuknya apakah simetris atau tidak, adakah benjolan oleh karena pembengkakan kelenjar limpe, perhatikan bila ada kaku kuduk oleh karena meningitis atau bila terjadi kehilangan sejumlah besar cairan elektrolit awasi adanya kejang.

5). Thorak

Inspeksi bentuk thorak apakah bulat simetris atau ada kelainan bentuk seperti funnel chest, pigeon chest atau barrel chest. Perhatikan frekuensi pernafasan, irama apakah normal atau pernafasan kusmaul yang cepat dan dalam. Auskultasi bunyi nafas pokok atau ada bunyi tambahan. Perkusi apakah sonor, redup atau pekak.

6). Abdomen

Perhatikan bentuknya simetris atau tidak, cembung simetris oleh karena adanya udara, cairan (asites). Cembung tidak simetris oleh karena adanya pembesaran organ-organ dalam perut seperti hepatomegali, splenomegali atau karena adanya tumor. Bentuk cekung oleh karena dehidrasi atau malnutrisi. Keadaan dinding perut pada dehidrasi, turgor kulit menurun atau jelek, adakah nyeri tekan atau keram perut, auskultasi juga bising usus pada diare akan terjadi peningkatan peristaltik usus..

7). Genetalia

Apakah ada kelainan atau tidak, anus apakah ada kemerahan oleh karena iritasi akibat peningkatan frekuensi buang air besar.

8). Eliminasi

Frekuensi buang air besar yang sering dengan konsistensi feses cair dapat disertai dengan lendir atau warna kehijauan dan sedikit kencing dengan tingkat derajat dehidrasi yang berat.

9). Ekstremitas

Kelemahan dalam beraktivitas, adanya sianosis pada ujung ektremitas, perhatikan juga bila adanya clubbing pada jari.

10). Antropometri

Pengukuran BB, TB, LK, LD dan Lila. Penurunan BB dapat terjadi oleh karena dehidrasi dan juga gangguan nutrisi.

11). Pemeriksaan medis

Pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan elektrolit, BUN, kreatinine, glukosa, kultur tinja, pH, lekosit dan adanya darah.

2. Diagnosa Keperawatan

Langkah selanjutnya adalah perumusan masalah dan menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data atau pengkajian yang diperoleh.

  1. Kurangnya volume cairan b.d. seringnya buang air besar dan encer.
  2. Risiko gangguan integritas kulit b.d. seringnya buang air besar.
  3. Risiko infeksi pada orang lain b.d. terinfeksi kuman diare atau kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran penyakit.
  4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. menurunnya absorbsi makanan dan cairan.
  5. Kurangnya pengetahuan b.d. perawatan anak.
  6. Cemas dan takut pada anak/orangtua b.d. hospitalisasi dan kondisi sakit.

3. Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

  1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai, pengisian kembali kapiler kurang dari 2 detik, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab dan berat badan tidak menunjukkan penurunan.
  2. Anak tidak menunjukkan gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit utuh dan tidak lecet.
  3. Tidak terjadi penularan diare pada orang lain.
  4. Anak akan toleran dengan diit yang sesuai yang ditandai dengan berat badan dalam batas normal dan tidak terjadi kekambuhan diare.
  5. Orangtua dapat berpartisipasi dalam perawatan anak.
  6. Anak dan orangtua menunjukkan rasa cemas atau takut berkurang yang ditandai dengan orangtua aktif merawat anak, bertanya dengan perawat atau dokter tentang kondisi dan klarifikasi dan anak tidak menangis.

4. Pelaksanaan

Tindakan keperawatan atau implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan oleh perawat dan klien yang terdiri dari fase persiapan, fase operasional dan fase terminasi.

a. Meningkatkan hidrasi dan keseimbangan elektrolit

1). Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran mukosa.

2). Kaji pengeluaran urine, gravitasi atau berat jenis urine.

3). Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan.

4). Pemeriksaan laboratorium sesuai program, elektrolit, Ht, pH, dan serum albumin.

5). Pemberian cairan dan elektolit sesuai protokol (dengan oralit, dan cairan parenteral bila ada indikasi).

6). Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program.

7). Anak istirahatkan.

b. Mempertahankan keutuhan kulit.

1). Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar.

2). Gunakan kapas lembab dan sabun mandi (atau pH normal) untuk membersihkan anus setiap buang air besar.

3). Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab.

4). Ganti popok/kain apabila lembab atau basah.

5). Gunakan obat kream bila perlu untuk perawatan perineal.

c. Mengurangi dan mencegah penyebaran infeksi

1). Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orangtua dan pengunjung.

2). Segera bersihkan dan angkat bekas buang air besar dan tempatkan pada tempat yang khusus.

3). Gunakan standar pencegahan universal (seperti: gunakan sarung tangan dan lain-lain).

4). Tempatkan pada ruangan yang khusus.

d. Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum

1). Timbang BB anak setiap hari.

2). Monitor intake dan output.

3). Setalah rehidrasi, berikan minuman oral dengan sering dan makanan yang sesuai dengan diit dan usia dan atau BB anak.

4). Hindari minuman buah-buahan.

5). Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan.

6). Bagi bayi, ASI tetap diteruskan.

7). Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah laktosa.

e. Meningkatkan pengetahuan orangtua

1). Kaji tingkat pemahaman orangtua.

2). Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare.

3). Ajarkan pada orangtua tentang pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi.

4). Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan.

5). Jelaskan pentingnya kebersihan.

f. Menurunkan rasa takut/cemas pada anak dan orangtua

1). Ajarkan pada orangtua untuk mengekspresikan perasaan takut dan cemas, dengarkan keluhan orangtua dan bersikap empati, dan sentuhan teraupetik.

2). Gunakan komunikasi teraupetik, kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan.

3). Jelaskan setiap prosedur yang dilakukan pada anak dan orangtua.

4). Libatkan orangtua dalam perawatan anak.

5). Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan.

5. Evaluasi

Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan. Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah keakuratan, kelengkapan, kualitas data atas analisa data yang ditemukan apakah belum teratasi, sebagian teratasi atau sudah teratasi terhadap tujuan yang ingin dicapai untuk melaksanakan perencanaan selanjutnya.

1 komentar: